· Agar
cinta dapat merasuk ke dalam kekasih yang dicinta, ia harus diungkapkan dengan
kata-kata. Cinta yang terpendam tidak bermakna bila hanya dipendam di dalam
dada. Ungkapan cinta adalah awal bertautannya dua jiwa.
· Cinta
yang terpendam, membuat jiwa seseorang akan penuh dengan gelisah. Hanya dia, makan, tidur, di kampus, di sekolah
bayangannya selalu menerpa. Siapapun itu, tua maupun muda bisa mengalaminya.
·
Namun
bila cinta yang terungkap bukan di saat yang tepat, justru mendatangkan banyak
mudharat. Tidak jarang cinta yang terungkap itu menghadirkan luka dan rasa
kecewa. Bukan hanya itu, bahkan mendorong dua jiwa jatuh terjerembab ke dalam
maksiat.
·
Ya
karena ungkapan cinta adalah deklarasi
awal bahwa kau ingin kumiliki dan aku bisa menjadi milikmu. Bila bukan tujuan
keimanan, terhempas sudah sang pencinta di dalam fananya kenikmatan dilanda
cinta.
Akhi.,., ukhti, janganlah tergesa-gesa mengungkapkannya.
Bisa jadi itu jebakan syitan lanatullah. Menjadikan bulir-bulir kata yang
terungkap menjadi pintu maksiat. Pendam saja dulu. Redamlah ia dengan
aktivitas. Sibukkan diri dan mulailah menyukainya dengan biasa.
Obral cinta bisa melahirkan luka. Karena kata ‘aku
mencintaimu’, berarti memberinya harapan bahwa kau akan menjadikan dia sebagai
kekasih yang akan kau jaga seumur hidupmu. Bagaimana bila semua ungkapan itu
hanya sekedar dorongan emosional belaka? Saat kau meninggalkannnya ia menjadi
kecewa dan terluka.
Apakah ungkapan cintamu hanya untuk melukainya?
Apakah ungkapan cintamu hanya untuk melukainya?
Kau bilang akan menikahinya, padahal kau belum siap
melaksanakan sunnah yang suci itu. Bahkan banyak yang menjanjikan pernikahan
dengan mudahnya kepada akhwat. Sedangkan sang tulang rusuk telah penuh harap
pada janji setiamu itu. Namun ternyata
kau tidak dalam kesungguhan. Begitukah caramu mencintainya?
Jangan permainkan hatinya! Karena dia makhluk lemah yang
tiada berdaya saat ada janji cinta, namun begitu terluka saat merasa
terperdaya. Jangan kau jatuhkan air mata makhluk suci itu, atas nama janji
setia.
Begitu pula akhwat.,., jangan mudah menerima cinta. Karena
dirimu lemah dan lelaki tau kelemahan itu. Walau hati bergetar saat menerima
kata cinta, skamurkanlah jiwa kepada Allah. Serahkan hidupmu pada Allah.
Akhirnya mengungkapkan cinta. Tak perlu membalas dengan
ungkapan cinta pula. Jangan terperdaya dengan kata. Cintanya hanya bisa
dibuktikan dengan janji setia di depan penghulu.
Jangan pula meredupkan pancaran izzah yang kau miliki wahai
akhwat. Insya Allah, jodoh tak akan kemana. Ketika kau bungkam menerima
ungkapan cinta demi penghambaanmu pada pencipta, tak akan sedikitpun merubah
takdirmu, jodohmu tak akan berubah, karena Allah telah menetapkannya. Insya
allah. Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu,
sesungguhnya Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda: Siapa yang
beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia berkata baik atau diam, siapa
yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia menghormati tetangganya
dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia
memuliakan tamunya (Riwayat Bukhori dan Muslim)
Ni kisah nyata. Seorang aktivis lembaga dakwah kampus semester akhir di kampus saya. Masing-masing saling mencinta. Hemmm mungkin aja cinlok selama mengurusi kegiatan dakwah. Hemm karena tak kuasa menahan gelora, akhirnya sang cowok nembak sang cewek, di dalam mushallah (weiih sok islami banget). Akhirnya sang cewek terklepek-klepek, emang dasarnya dia juga suka. Ya udah.,., sang cowok memang gak ngajak pacaran, tapi wehh komunikasi jalan terus. Berawal dari bangunin shalat tahajjud, sms saling menasihati, ingatin puasa sunnah dan aksi sok islami yang lain. Dasar syaitan, punya seribu jurus untuk menjerumuskan. Yup.,., akhirnya mulai terbiasa memberi perhatian dan sayang-sayangan. Aha… mulai deh janjian ketemuan.., dan akhirnya terus-terus gak ada beda dengan yang gak mengenal syari’ah. Hemm setelah berlarut dalam kegundahan dan kelamnya rasa cinta yang dibungkus psoudoislami mereka ujung-ujung gak jadi nikah. Ikhwannya gak kujung melamar. Alasannya banci banget, belum siap menjalani pernikahan. Hemm ngapain lu pake nembak dan sayang-sayangan kalau gak siap nikah? Pake acara bawa-bawa islam lagi.,., huuuuu. Ke laut aja bagusnya yang macam gini.
Ni kisah nyata. Seorang aktivis lembaga dakwah kampus semester akhir di kampus saya. Masing-masing saling mencinta. Hemmm mungkin aja cinlok selama mengurusi kegiatan dakwah. Hemm karena tak kuasa menahan gelora, akhirnya sang cowok nembak sang cewek, di dalam mushallah (weiih sok islami banget). Akhirnya sang cewek terklepek-klepek, emang dasarnya dia juga suka. Ya udah.,., sang cowok memang gak ngajak pacaran, tapi wehh komunikasi jalan terus. Berawal dari bangunin shalat tahajjud, sms saling menasihati, ingatin puasa sunnah dan aksi sok islami yang lain. Dasar syaitan, punya seribu jurus untuk menjerumuskan. Yup.,., akhirnya mulai terbiasa memberi perhatian dan sayang-sayangan. Aha… mulai deh janjian ketemuan.., dan akhirnya terus-terus gak ada beda dengan yang gak mengenal syari’ah. Hemm setelah berlarut dalam kegundahan dan kelamnya rasa cinta yang dibungkus psoudoislami mereka ujung-ujung gak jadi nikah. Ikhwannya gak kujung melamar. Alasannya banci banget, belum siap menjalani pernikahan. Hemm ngapain lu pake nembak dan sayang-sayangan kalau gak siap nikah? Pake acara bawa-bawa islam lagi.,., huuuuu. Ke laut aja bagusnya yang macam gini.
Ya udah kisah tadi dijadikan
pelajaran, buat yang sedang memiliki kasus yang sama. Ya udah. Stop sekarang
juga! Jangan mainin hati orang lain. Kalau gak siap nikah saya sarankan
managelah cinta dengan cara-cara yang menuntun ke jalan indah. Buat kite-kite
yang pada belum mengalami kasus serupa. Berdoalah kepada allah agar tidak
melewati kisah yang sama. Moga kita semua lurus-lurus aja. Amiin.